WELCOME

WELCOME Into The Rizal's World

Sabtu, 11 Februari 2012

Marie Curie si Jago Fisika Kimia

Marie Curie merupakan nama yang tidak asing lagi di telinga kita. Ia
adalah wanita pertama yang pernah memenangkan Nobel. Ia pun tidak tanggungtanggung,
karena ia memenangkan dua Nobel, Nobel Fisika dan Nobel Kimia.
Penelitiannya mengenai bahan radioaktif menghadiahkan Marie dan suaminya,
Pierre Curie, setengah dari total hadiah Nobel Fisika pada tahun 1903.
Setengahnya lagi dimenangkan oleh Henri Becquerel, penemu radioaktivitas.
Ternyata bahan radioaktif jugalah yang kemudian menuntun Marie hingga
akhirnya menjadi pemenang tunggal Nobel Kimia pada tahun 1911. Marie
memang wanita luar biasa! Cerita hidupnya pun sangat luar biasa, bagaikan kisah
drama yang penuh dengan kesedihan, kesusahan, dan penderitaan.
Marie lahir pada tanggal 7 November 1867 di Warsawa, Polandia. Oleh
kedua orangtuanya yang merupakan guru SMA, ia diberi nama Maria
Sklodowska. Karena orangtuanya adalah guru, mereka sangat mengerti betapa
pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya. Maria pun disekolahkan di sekolah
lokal, tetapi ayahnya sendirilah yang pertama kali mengajarkannya fisika dan
kimia. Maria sangat pandai dan cepat menyerap semua pelajaran. Sayangnya,
pada saat itu kaum wanita di Polandia tidak punya kesempatan sama sekali untuk
meneruskan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. Maria yang begitu haus akan
pengetahuan bermimpi untuk pergi ke Perancis dan belajar di Sorbonne, Paris.
Tetapi keluarganya tidak punya cukup uang untuk membiayainya. Enam tahun
lamanya ia menunggu keberuntungan yang bisa memberinya kesempatan untuk
pergi ke Paris. Kesabarannya tidak sia-sia. Kakaknya, Bronya, menikah dengan
seorang doktor dan tinggal di Paris. Maria pun diundang untuk pindah ke Paris
dan tinggal bersama kakaknya di sana supaya ia bisa bersekolah di Sorbonne.
Dimulailah perjuangan Maria sebagai seorang ilmuwan penuh bakat. Maria
mengganti ejaan namanya menjadi Marie, mengikuti bahasa Perancis.
Perjuangannya di Perancis dimulai saat usianya sudah mencapai 24 tahun.
Kecintaannya pada ilmu pengetahuan membuatnya mampu mengalahkan semua
kesulitan, termasuk kesulitan berbahasa Perancis, sehingga dalam waktu dua
tahun Marie pun berhasil lulus dari jurusan Fisika pada tahun 1893 sebagai
lulusan terbaik. Setahun kemudian ia lulus dari jurusan Matematika pada
peringkat kedua dari lulusan terbaik.
Sorbonne juga merupakan tempat perkenalannya dengan seorang
fisikawan terkenal Pierre Curie. Minat yang sama pada ilmu pengetahuan
menyatukan keduanya sehingga akhirnya mereka menikah pada bulan Juli 1895.
Uang yang mereka dapatkan dari hadiah pernikahan mereka gunakan untuk
membeli dua sepeda. Marie dan suaminya, Pierre, sangat menyukai petualangan
bersepeda yang bagi mereka merupakan cara menyegarkan diri. Kehidupan Marie
dan Pierre terus dipenuhi dengan penelitian, dan tidak lama kemudian Marie pun
mulai mencari-cari topik untuk tesis doktoralnya.
Pada tahun 1896 Henri Becquerel, secara tidak sengaja, menemukan
radioaktivitas. Ia sedang meneliti garam uranium yang sengaja dijemur di bawah
sinar matahari untuk mengetahui pengaruh cahaya terhadap radiasi sinar-X yang
ditemukan oleh Wilhelm Conrad Röntgen pada 8 November 1895. Ternyata
sewaktu Becquerel melaksanakan penelitian ini, cuaca di sana terus saja berawan
selama beberapa hari, padahal ia membutuhkan sinar matahari untuk
penelitiannya. Tetapi kemudian ia memperhatikan suatu hal yang tidak biasa.
Ternyata garam uraniumnya memancarkan radiasi secara spontan, walaupun tidak
diberi cahaya! Radiasi yang dihasilkan ini merupakan radiasi jenis baru, yang
mampu menembus lempengan logam dan menghitamkan pelat foto. Becquerel
langsung mengumumkan penemuannya ini di suatu pertemuan l’Académie des
Sciences. Tetapi penemuannya ini tidak banyak mengundang perhatian ilmuwanilmuwan
yang hadir di sana saat itu karena para ilmuwan masih terpesona dengan
penemuan sinar-X oleh Röntgen. Hanya Marie Curie sajalah yang tampaknya
tertarik dengan sinar misterius yang dipancarkan uranium tersebut.
Marie pun mulai menyelidiki radiasi misterius tersebut. Ia menggunakan
elektrometer, yaitu sebuah alat yang bisa mengukur arus listrik yang lemah. Alat
ini dibuat oleh Pierre dan adiknya, Jacques Curie. Pierre dan Jacques sebelumnya
sudah pernah menemukan efek piezoelektrik, dan efek inilah yang menjadi dasar
kerja elektrometer. Dengan elektrometer, Marie hanya membutuhkan beberapa
hari saja sebelum menemukan bahwa thorium memancarkan cahaya yang sama
dengan uranium. Ia pun kemudian menyelidiki lagi senyawa-senyawa kimia
lainnya. Ternyata, kekuatan radiasi yang dihasilkan tidak bergantung pada jenis
senyawanya, tetapi hanya bergantung pada jumlah uranium atau thorium yang
terkandung di dalam senyawa tersebut. Marie langsung menyimpulkan bahwa
kemampuan radiasi uranium tidak bergantung pada susunan atom di dalam
molekul, tetapi pada bagian dalam (interior) dari atomnya itu sendiri. Ia
melanjutkan meneliti semua elemen dalam Susunan Berkala Unsur-unsur.
Ternyata hanya uranium dan thorium sajalah yang bisa memancarkan radiasi ini.
Langkah berikut yang diambil oleh Marie adalah meneliti
mineral/bebatuan alam yang mengandung uranium dan thorium. Dari semua
mineral alam tersebut, ia menemukan bahwa pitchblende memancarkan radiasi
secara lebih aktif, bahkan empat sampai lima kali lebih kuat dari uranium. Marie
pun membuat hipotesa bahwa ada sebuah elemen baru yang terkandung di dalam
mineral tersebut, dan elemen ini jauh lebih aktif dari uranium.
Melihat serunya penelitian yang dilakukan oleh istrinya, Pierre pun
menjadi tertarik dan kemudian memutuskan untuk bergabung dengan penelitian
Marie tersebut. Pierre menghentikan semua penelitiannya tentang kristal dan sifat
simetri di alam yang semula merupakan ketertarikan utamanya. Kerjasama
keduanya dengan cepat membawa hasil. Pada akhir Juni 1898, mereka berhasil
mendapatkan sebuah zat yang 300 kali lebih aktif dari uranium. Mereka yakin
bahwa zat tersebut merupakan sejenis logam yang baru yang belum pernah
ditemukan sebelumnya, dan logam ini memiliki sifat-sifat analitik yang mirip
dengan bismuth. Mereka pun mengusulkan supaya logam baru ini disebut
Polonium, sesuai nama negara asal Marie, Polandia. Dalam publikasinya ini
mereka untuk pertama kalinya menggunakan istilah radioaktivitas.
Beberapa bulan kemudian, yaitu pada tanggal 26 Desember 1898, mereka
kembali menghasilkan penemuan baru. Marie dan Pierre menemukan suatu zat
lain lagi yang juga sangat aktif dan memiliki sifat kimia yang sangat mirip dengan
barium murni. Mereka mengusulkan supaya zat baru ini diberi nama Radium.
Keduanya pun melanjutkan penelitian mereka untuk membuktikan bahwa radium
benar-benar merupakan suatu elemen baru. Keduanya bekerja tanpa henti di
sebuah gudang besar yang tidak terpakai. Walaupun gudang itu begitu panas di
musim panas dan kering dan dingin saat musim dingin, tetapi gudang itu menjadi
tempat yang memberikan kebahagiaan terbesar bagi pasangan Curie. Marie
akhirnya berhasil mengisolasi satu desigram radium klorida yang hampir murni
dan menentukan berat atom radium. Hasil penelitiannya ini dilaporkannya dalam
tesis doktoralnya pada tanggal 25 Juni 1903. Tesisnya tersebut pun dinyatakan
sebagai kontribusi ilmiah terbesar yang pernah disumbangkan oleh suatu tesis
doktoral.
Tidak lama sesudah itu, Pierre dan Marie mulai sakit-sakitan. Ada banyak
luka bakar di jari-jari tangan Marie dan Pierre. Keduanya juga sudah mulai
kelelahan. Ternyata Marie dan Pierre sudah terlalu banyak terkena radiasi radium
dan kulit mereka pun sering bersentuhan dengan radium yang memancarkan panas
sehingga membakarnya. Sewaktu tidur pun Marie sering meletakkan radium di
sebelah tempat tidurnya karena garam radium itu memancarkan sinar kecil yang
indah. Tetapi sesungguhnya itu semua telah mengancam kesehatan mereka.
Sayangnya, pada saat itu mereka belum mengetahui bahwa radiasi bahan
radioaktif dapat membahayakan kesehatan. Pada tahun yang sama, Marie dan
Pierre diumumkan sebagai pemenang Nobel Fisika atas penelitiannya mengenai
fenomena radiasi yang ditemukan oleh Henri Becquerel. Tetapi karena keduanya
sedang sakit, mereka tidak bisa datang ke Stockholm untuk menerima hadiahnya.
Anehnya, semula yang diusulkan untuk menerima Nobel hanyalah Pierre Curie
beserta Henri Becquerel. Nama Marie sama sekali tidak disebut-sebut. Pierre-lah
yang kemudian mengemukakan besarnya peran serta istrinya tersebut. Marie
Curie pun masuk dalam sejarah sebagai wanita pertama yang pernah
memenangkan Nobel. Berita mengenai anugerah Nobel untuk bidang ilmu
pengetahuan yang sebelumnya dianggap terlalu membosankan bagi masyarakat
umum tiba-tiba menjadi sumber berita utama. Semua orang tertarik dengan Marie.
Berita duka tiba-tiba datang beberapa tahun kemudian. Pada 19 April 1906
Pierre ditabrak sebuah kereta kuda di Paris dan meninggal. Marie langsung
terpuruk dalam kesedihan. Tetapi ia cepat bangkit dan mendapatkan kembali
kekuatannya untuk membesarkan kedua putrinya yang masih kecil. Ia kemudian
ditunjuk menjadi pengganti Pierre sebagai Kepala Lab dan mengajar di Sorbonne.
Dengan ini Marie menjadi wanita pertama yang mengajar di Sorbonne. Pada saat
ia memberikan kuliahnya yang pertama, ada begitu banyak orang yang datang
untuk mendengarkannya. Kerumunan orang itu bukan hanya murid-murid yang
harus diajarnya saja, tetapi juga wartawan dan fotografer dari berbagai penjuru
dunia. Begitu Marie yang kurus dan pucat memasuki ruangan, semuanya
memberikan tepuk tangan yang sangat meriah. Pada tahun 1908, Marie diangkat
menjadi profesor di Sorbonne. Lagi-lagi namanya masuk sejarah sebagai wanita
pertama yang menjadi profesor di Sorbonne.
Pada tahun 1911 namanya diusulkan sebagai kandidat pemenang Nobel
Kimia atas penemuan Polonium dan Radium, dan juga atas penelitiannya dalam
mengisolasi radium dan penelitian mengenai sifat-sifat senyawanya. Walaupun ia
kembali menoreh sejarah sebagai wanita pertama yang memenangkan Nobel
Kimia, dan juga sebagai wanita pertama yang memenangkan dua Nobel, tahun
1911 itu merupakan masa-masa kelam dalam hidup Marie. Ada banyak yang
menuduh bahwa Nobel Kimia itu tidak pantas didapatkannya. Suratkabarsuratkabar
yang dulunya begitu semangat mempublikasikan Marie sebagai salah
satu pemenang Nobel Fisika kini tiba-tiba kehilangan minat untuk menampilkan
berita mengenai Marie sebagai pemenang tunggal Nobel Kimia. Mereka menuduh
bahwa Marie mendapatkan penghargaan ini untuk pekerjaan yang sama sehingga
ia sesungguhnya tidak pantas diberi Nobel yang kedua.
Penderitaan Marie terus bertambah dengan munculnya berita yang
mencoreng namanya sebagai wanita. Ia dituduh merusak perkawinan seorang
rekan kerjanya, Paul Langevin. Semua pihak menyerang Marie dan memaksa
Marie untuk meninggalkan Perancis dan kembali ke negara asalnya. Rumahnya
bahkan dilempari batu. Cercaan dan hinaan harus diterimanya sampai akhirnya ia
menunjukkan kembali kekuatan dan ketegarannya dan berhasil memaksa sebuah
suratkabar untuk meminta maaf. Pada hari itulah ia mendapatkan kabar bahwa ia
memenangkan Nobel Kimia. Akan tetapi berita yang telah mencoreng nama
baiknya ini terus saja berkembang. Tuduhan-tuduhan ini tidak pernah bisa
dibuktikan kebenarannya tetapi semua tekanan itu telah menghancurkan
kehidupan Marie. Ia bahkan diminta untuk tidak menghadiri upacara penyerahan
Nobel Kimia di Stockholm, dan dipaksa supaya menolak hadiah Nobel tersebut.
Hanya ada lima orang teman yang setia mendukung Marie. Akhirnya Marie
mengumpulkan semua sisa-sisa kekuatannya dan berhasil menghadiri
penganugerahan Nobel tersebut.
Bertahun-tahun lamanya Marie berjuang dalam penderitaan. Akhirnya ia
pun mendapatkan pengakuan sebagai seorang ilmuwan besar yang benar-benar
pantas mendapatkan kedua Nobel tersebut. Ia bahkan dijuluki Jeanne d’Arc di
zaman modern karena telah berhasil melewati penderitaan begitu mendalam,
tanpa pernah meninggalkan penelitiannya. Anak pertamanya, Irène, pun
mengikuti jejak ibunya sendiri dengan menjadi wanita kedua yang memenangkan
Nobel Kimia pada tahun 1935. Sayangnya, Marie tidak sempat menyaksikan
peristiwa bersejarah tersebut karena ia meninggal pada tanggal 4 Juli 1934. Ia
meninggal akibat penyakit leukimia, yang diduga disebabkan oleh radiasi radium
yang diterima tubuhnya selama bertahun-tahun. Ia dimakamkan di Sceaux, di
dekat Paris, bersama Pierre. Pada tanggal 20 April 1995 jenazah Marie dan Pierre
Curie dipindahkan ke kubah raksasa Panthéon sebagai simbol penghormatan atas
jasa-jasanya. Lagi-lagi Marie menorehkan namanya dalam sejarah sebagai wanita
pertama yang dihormati di Panthéon atas semua kontribusinya semasa hidupnya.
Hanya ada satu wanita lain yang juga dimakamkan di sana, tetapi itu hanya
dikarenakan wanita itu merupakan istri dari Marcelin Berthelot, seorang ahli
kimia. Wanita itu sendiri bukanlah ilmuwan seperti Marie. Masyarakat Perancis
yang pernah mencerca dan mengusir Marie akhirnya tunduk hormat di bawah
kebesaran Marie yang justru telah mengharumkan nama Perancis di dunia ilmiah.
  
http://yohanessurya.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar